Jumat, 28 Juli 2017

Perubahan Wanita Di Usia 40 An Lebih






Perubahan usia pertengahan terjadi antara 40 hingga 65 tahun. Bagi banyak wanita, periode ini cukup mengubah kehidupan dan penampilan fisiknya. Berikut adalah perubahan-perubahan spesifik pada wanita yang memasuki usia 40 tahunan ke atas.

Peningkatan Berat Badan dan Penurunan Masa Otot
Sebenarnya, baik pria maupun wanita akan mulai kehilangan jaringan otot ketika mereka menua. Akan tetapi wanita usia 40 tahun ke atas cenderung kehilangan 223 gram otot setahun. Menurut dr Famela Peeke, pakar sekaligus penulis buku “ Body for Live” ketika usia kita kehilangan otot, metabolism menurun dan kita membakar lebih sedikit kalori. Hal ini tentu saja mengarah pada kenaikan berat badan terus-menerus setelah usia 40 tahun.

Berkurangnya Massa Tulang
Hingga seorang wanita mencapai usia 35 tahun, kerapatan tulang lebih kurang tetap sama. Tapi setelah melewati usia ini, wanita kehilangan 1 % massa tulang setiap tahunnya. Pengurangna massa tulang ini bisa diperlambat dengan rutin melakukan latihan beban. Latihan beban juga membantu membuat massa tulang lebih rapat dan tulang lebih kuat.

Gejala-Gejala Perimenopause
Usia rata-rata perimenopause awal adalah usia 47 tahun, namun bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Periode transisi dari masa reproduktif menuju masa menopause dicirikan dengan penurunan kadar estrogen dam juga hormone lainnya. Anda mungkin akan mengalami rasa panas di dada (hot flases), perubahan dalam siklus menstruasi atau kesulitan tidur.

Perubahan Hormonal
Ketika kelenjar tiroid menua, fungsi menjadi kurang efektif dan memproduksi terlalu sedikit atau terlalu banyak hormone tiroid. Kondisi ini mengakibatkan gejala-gejala khusus, seperti kenaikan berat badan, intoleransi suhu ( tidak tahan suhu dingin atau panas ), kelelahan serta konstipasi dan diare. Pankreas yang sudah mulai kehilangan kemampuan dalam memproses insulin menjadikan kadar gula glukosa darah cenderung terus meningkat naik. Kondisi inilah yang mengakibatkan seseorang menderita diabetes.

Kanker Payudara
National Cancer Institute mencatat bahwa 1 dari 233 wanita di usia 30an memiliki resiko mengembangkan kanker payudara. Namun setelah mencapai usia 40 -49 tahun, resiko tersebut meningkat 1 banding 69.

Persiapkan Diri Menghadapi Perimenopause
Premenopause merupakan tahap pertama dari menopause. Tahap ini umumnya berlangsung sekita 4 tahun sebelum menopause. Kadang-kadang, ada juga yang mengalaminya beberapa bulan atau bahkan 10 tahun sebelum menopause.

Namun sebelum datangnya menopause, seseorang akan mengalami tanda-tanda seperti ini :
-          Mood swings (suasana hati yang berubah-ubah)
-          Payudara terasa lebih lembut
-          Gejala pra menstruasi (PMS) yang menjadi lebih parah
-          Hasrat seksual menurun
-          Rasa panas di dada (hot flases)
-          Kesulitan tidur
-          Mudah kelelahan
-          Menstruasi tidak teratur
-          Vagina mongering dan mengakibatkan rasa sakit saat berhubungan seksual
-          Mengompol ketika bersin atau batuk
-          Meningkatnya keinginan berkemih

Karena itu ketika seseorang sudah merasakan beberapa gejala ini sebaiknya :
-     Perbanyak minum air putih dan kurangi makanan atau minuman yang manis             Berolahraga yang teratur agar kenaikan berat badan bisa ditekan. Olahraga dan 
       latihan bebab tidak hanya mengurangi berat badan, tapi juga membantu 
       kesehatan tulang dam mencegah osteoporosis. Olahraga di sini dalam bentuk 
       yang ringan –ringan seperti jogging, senam dan bersepeda.
-        Pastikan anda mendapat cukup kalsium dalam makanan harian. Dokter dapat 
       menyarankan suplemen kalsium tambahan jika dibutuhkan. Pastikan makan 
       banyak buah dan sayuran segar agar tetap sehat dan fit.
-      Seimbangkan antara aktivitas dan istirahat. Tidur minimal 8 jam dalam sehari dan    semalam.
-   Kurangi atau hindari mengonsumsi junk food, makanan yang mengandung karsenogenik,   minuman beralkohol.
-         Jika anda merokok hentikan sekarang juga.
Semoga bermanfaat

Minggu, 09 Juli 2017

Kerikan Jangkrik Perkiraan Suhu Udara


Untuk mengukur suhu udara, biasanya orang akan mneggunakan thermometer. Jika tinggal di pedesaan atau tempat sepi, coba lakukan dengan mendengarkan suara jangkrik.

Suara jangkrik tercipta dari gesekan antara sayap dengan beberapa bagian tubuh lainnya. Suaranya sangat khas dan terdengar jelas pada lingkungan yang tidak terlalu bising. Tidak semua jangkrik bisa mengeluarkan bunyi mengekrik, hanya jangkrik jantan yang bisa melakukannya. Suaranya ibarat sebuah lagu merdu, yang dinyanyikan untuk menarik perhatian jangkrik betina.

Selain enak untuk didengar, suara jangkrik yang ritmis tersebut ternyata juga bisa digunakan untuk memperkirakan suhu di luar ruangan. Semakin sering suara jangkrik terdengar, semakin panas suhu lingkungan pada saat itu. Dikutip dari Snopes, Rabu(21/7/2010) , eksperimen untuk membuktikan hal ini telah dimulai pada tahun1897 oleh ahli fisika asal Amerika, Amos Dolbear, Teorinya tentang thermometer jangkrik tersebut kemudian dikenal dengan Hukum Dolbear.

Bertahun-tahun semenjak penemuan tersebut, rumus tentang hubungan suara jangkrik dengan suhu udara terus berkembang, namun di antara berbagai rumus yang ada, yang paling sering digunakan adalah sebagai berikut :

Untuk memperkirakan suhu lingkungan dalam Fahreheit, hitung jumlah kerikan dalam 14 detik lalu tambahkan 40. (T=n+40).

Contoh : 30 kerikan +40 =70 Fahrenheit untuk memperkirakan suhu lingkungan dalam Celcius, hitung jumlah kerikan dalam 25 detik, dibagi 3 lalu ditambah 4.(T=(n/3)+4).

Contoh : (48 kerikan/3)+4=20 derajat Celcius

Rumus di atas dibuktikan oleh Dr. Peggy Lemone, Ilmuwan The Globe Program dalam eksperimen dalam tahun 2007 yang didanai oleh NASA. Dalam laporannya ia menyimpulkan bahwa rumus tersebut sangat mendekati suhu sebenarnya, yang diukur dengan thermometer. Namun Dr. Peggy member catatan, rumus ini  sebaiknya digunakan pada suhu di atas 55 derajat Fahrenheit (12,78 derajat Celcius). Sebab jika terlalu dingin, biasanya jangkrik-jangkrik jantan tidak bergairah untuk memanggil betina.

Selasa, 13 Juni 2017

Benarkah Buah Tidak Boleh Dikonsumsi Saat Perut Kosong?


Anda mungkin pernah mendengar larangan memakan buah saat; perut kosong. Biasanya larangan ini disertai alasan bahwa perut kosong belum siap menerima buah yang katanya bersifat “panas”. Banyak orang yang mengatakan makan buah saat perut kosong akan membuat perut tidak nyaman atau terasa begah. Karena itulah di Indonesia sendiri buah sering dijadikan pencuci mulut saat makan. Pendapat ini tidaklah benar.

Dikutip dari Vemale.com, buah sebenarnya jenis makanan sehat yang mengandung banyak nutrisi dan vitamin yang aman dikonsumsi sebelum makan. Jika perut terasa begah setelah makan buah sebelum makan itu sebenarnya terjadi karena fermentasi dalam perut.

Kandungan gula pada buah yang kita makan akan diuraikan oleh bakteri dalam perut ( proses fermentasi). Hasil dari fermentasi itu adalah gas dalam perut yang membuat kita merasa begah. Hanya saja yang perlu kita garisbawahi, tidak semua buah yang kita makan akan menghasilkan rasa begah yang sama. Biasanya buah yang mengandung asam yang tinggi akan menghasilkan gas fermentasi yang lebih banyak.

Untuk itu kita perlu memperhatikan jenis buah yang akan kita makan terutama dalam keadaan perut kosong. Selain itu, pendapat lain yang juga mematahkan mitos ini berasal dari Erika Lebang dalam bukunya Food Combining. Dimana disebutkan bahwa mengonsumsi buah saat perut kosong justru akan memaksimalkan tubuh kita menyerap nutrisi buah. Sedangkan jika mengonsumsi buah setelah makan akan mengubah buah yang dimakan menjadi racun dan merusak apa yang telah dimakan.

Tetapi tidak semua buah bisa dimakan saat perut kosong. Buah yang bisa dimakan haruslah segar, berair dan matang pohon agar tidak membebani pencernaan. Buah yang kurang segar dan masih mengkal tidak cocok dikonsumsi saat perut kosong karena mempunyai kandungan gula buah yang kompleks dan akan membebani system cerna.